24 April 2011

Konsumerisme; Penjara Global

Menurut Kamus Bahasa Indonsia, definisi konsumerisme adalah,
[n] (1) gerakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen dng menata metode dan standar kerja produsen, penjual, dan pengiklan; (2) paham atau gaya hidup yg menganggap barang-barang (mewah) sbg ukuran kebahagiaan, kesenangan, dsb; gaya hidup yg tidak hemat.
Teori ekonomi yang berulang kali saya dengar semasa SMA dulu adalah, pendapatan yang tinggi akan memicu peningkatan daya beli masyarakat, laju ekonomi akan tumbuh seiring dengan meningkatnya pendapatan. Di daerah terpencil, pertumbuhan ekonomi berjalan lambat disebabkan daya beli masyarakatnya yang rendah.

Teori tersebut merupakan semangat munculnya budaya komsumtif yang lazim disebut konsumerisme. Kemampuan untuk membeli barang yang banyak dianggap sebagai parameter kemakmuran. Sebenarnya teori in benar sampai pada taraf tertentu. Negara berkembang berusaha memenuhi kebutuhan primer (letak kemakmuran sebenarnya terletak pada taraf ketika masyarakat mampu memenuhi kebutuhan primernya).

Namun, negara maju yang sudah mapan dengan kebutuhan primernya, akan memicu konsumerisme, yaitu pemenuhan kebutuhan estetik yang sebenarnya tidak benar-benar dibutuhkan. Pada fase ini, konsumerisme akan meningkat pesat seiring zaman.

Saya teringat dengan ucapan Bourdieu,
Pemenuhan kebutuhan estetik menunjukkan betapa naifnya kita bisa memilih keluar dari konsumerisme
Kebutuhan estetik akan berlandaskan pada; indah-jelek, menawan-kampungan, keren-basi. Siapa saja yang peduli dengan gaya hidup akan terkungkung pada konsumsi kompetitif. Sayangnya, kondisi inilah yang menimpa tidak hanya negara maju, tapi juga berhasil menyeret negara berkembang, seperti Indonesia.

Konsumen berlomba untuk "berbeda" dengan yang lain. Mereka ingin menjadi diri yang bersatus "lebih." Gadget terbaru, trend busana, fhasion, brand terkenal menjadi buruan konsumen. Mereka sebenarnya tidak benar-benar "butuh," hanya saja meeka ingin keluar dari predikat " orang awam". Keadaan ini berjalan terus menerus dan produsen akan terus merespon pasar sehingga hasrat "semu" masyarakat terpenuhi.

Akibatnya, timbul efek domino. Masyarakat kelas bawah, berusaha keluar dari "labelnya" dan kalangan atas terus berlari menjauh dari kejaran kalangan bawah. Mereka beranggapan akan bahagia jika berbeda dengan yang lain. Apabila hal tersebut tidak berhasil dipenuhi, muncullah "ketidak-bahagia-an akibat kebutuhan estetik tidak terpenuhi. Masalah ini banyak melanda dan telah menjadi syndrom. Kalangan atas akan membeli barang yang membedakannya dengan kalangan bawah, barang yang tentunya tidak bisa dibeli selain kalangannya sendiri demi "kebahagiaan semu."

Akhirnya, konsumerisme menjadi penjara global. Penjara yang menawarkan kebahagiaan "semu" sehingga penghuninya tidak sadar bahwa ia sedang terpenjara. Tidak hanya negara maju, melainkan negara berkembang juga ikut merasakannya. Apa cara terbaik untuk keluar dari penjara konsumerisme? Bourdieu punya resep ampuh, yaitu,
Jangan membeli karena penilaian estetik, itulah cara terbaik keluar dari penjara konsumerisme
 Pertanyaannya sekarang, adakah yang mau mengikuti resep Bourdieu? Akh, sayangnya.... 

Kurt Cobain melacur

April 1994, Kurt Cobain menembak pelipisnya dengan sepucuk Remington ukuran 20. Sebagai pentolan Nirvana, band terpenting di era 1990-an, setiap tindak tanduknya selalu dikuntit media. Banyak media berspekulasi tentang kematianya. Fakta yang diperoleh, di samping mayatnya, secarik kertas berisi tulisan,
Mending terbakar habis, ketimbang padam secara pelahan
Itulah kalimat terakhir Kurt Cobain. Pentolan band cadas ini frustasi karena semua album yang ditelorkan oleh Nirvana laku keras di pasaran. Bahkan album Nevermind sempat menyalip penjualan album Micheal Jackson. Lho kok bisa? Bukankah hal ini menjadi impian semua grup musik. Digemari, album laku keras, populer dan lantas menjadi kaya raya.

Sayangnya, Kurt Cobain punya visi lain dalam bermusik yang telah menjadi idealismenya. Dia adalah pemberontak, melawan arus, anti-kemapanan, punk, dan tidak mau tunduk pada sistem (kapitalisme). Sebagai bentuk perlawanan Kurt Cobain dkk, aliran musik yang diusungnya sangat bertentangan dengan sistem yang ada saat itu.

Apa yang terjadi? Nirvana sukses besar. Albumnya laku keras di pasaran. Inilah masalah terbesar yang terjadi. Kurt Cobain terus dirongrong keraguan di dalam otaknya, dia telah "melacurkan diri," telah ikut arus. Bisikannya semakin keras dan semakin lama, kepala Kurt Cobain terus dihinggapi "rasa bersalah."

Akhirnya, sebelum dia "melacur secara total," lebih baik dia menghentikannya sekarang! Tak ada jalan lain, kematian adalah solusi terbaik demi menjaga idealismenya bahwa "punk adalah kebebasan." Dia menenggak heroin dosis tinggi dan menotolkan senjata di pelipisnya. Doooorr! Kurt Cobain tamat.

Sayangnya, Kurt Cobain begitu naif. Kesalahan terbesarnya adalah dia tidak menyadari bahwa tidak ada yang namanya melawan arus, pemberontakan, anti-kemapanan, dan sebagainya. Semua itu hanya ilusi, tidak ada yang namanya alternatif, tidak pula ada pelacuran, dan yang terpenting tidak ada hubungan antara musik dan kebebasan.

Lihat saja, celana botol, anting perak, baju junkies, dan rambut mohawk yang muncul karena semangat perlawanan, pemberontakan terhadap kemapanan, malah menjadi ikon terhadap kemapanan itu sendiri. Celana botol super ketat kini menjadi mainstream mode masa kini. Inilah yang disebut "lacur" oleh Kurt Cobain.

Sama sekali tidak ada niat untuk mengacuhkan semangat komunitas punk, hanya saja mereka seharusnya sadar bahwa yang mereka sebut "kebebasan," tak lebih ari sekedar ilusi fiktif.  Toh, simbol yang mereka bawa hanya akan memperkuat sistem yang ada. Bukan hanya komunitas punk, komunitas lain yang menyuarakan kebebasan, melawan arus, dan anti-kemapanan akan terkooptasi dan terseret arus besar.

Kurt Cobain melacur. Akh, sangat naif...

20 April 2011

Sigmund Freud dan Hasrat Kebinatangan Manusia

Sigmund Freud
Sigmund Freud adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi. Ia lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia, yang sekarang dikenal sebagai bagian dari Republik Ceko. Sumbangannya pada teori psikologi sehingga dijuluki sebagai bapak psikoanalisa. Pandangannya tentang motif atas perilaku manusia tetap hidup sampai sekarang namun  banyak mengundang kontroversi. Menurutnya, manusia itu layaknya “binatang yang haus darah” yang selalu menebar ancaman bagi sesamanya. Itulah mengapa Teori Freud tidak bisa dilepaskan dari peradaban manusia. Freud mampu membedah peradaban dengan teori represinya dan sampai pada kesimpulan bahwa peradaban adalah bentuk penindasan terhadap diri manusia karena mengharuskan mengikuti ribuan aturan yang mengekang “sifat asli” manusia yang bersumber dari id. Menurutnya, inilah penyebab “ketidakbahagiaan” manusia sehingga satu-satunya cara emansipasi adalah dengan menolak peradaban (budaya) manusia. “Kita harus cabut dari system” tegas Freud.Bukankah itu sangat naïf?


Freud berargumen bahwa pikiran manusia terbagi atas tiga hal yaitu id, ego, dan super ego. Id merupakan dorongan dan impulse ingsingtif yang dikendalikan oleh prinsip kenikmatan. Ia tidak punya pemahaman akan realitas dan tidak punya batasan diri. Id merupakan kumpulan hasrat liar yang brutal dan selalu ada dalam diri manusia. Sedangkan ego merupakan “perayu” bagi id supaya bisa realistis dengan tuntutannya agar bisa menunda pemuasan id. Ego inilah yang bertugas menjaga luapan id supaya bisa tetap bersabar menunggu dan tentunya tidak macam-macam. Sayangnya manusia tidaklah begitu rasional. Kadangkala egoid. Disinilah peran super ego, jenis ketiga dari pikiran manusia. Super ego bertindak sebagai sekutu ego untuk menyensor hasrat-hasrat liar id dengan menggunakan perasaan malu dan salah, sehingga id bias tetap “adem ayem” dalam diri kita. tak bias berbuat apa-apa dalam menghadapi


Dari tiga bagian pikiran di atas, id dan super ego lah yang sangat bertentangan. Ide pokok teori Freud bahwa dengan berkembangnya super ego, konflik instingtif tidak akan pernah tuntas. Hasrat yang paling primitive itu tidaklah lenyap, melainkan di represi. Setiap saat, hasrat “kebinatangan” bisa saja keluar dan meluap ketika super ego lemah. Namun, dalam kehidupan bermasyarakat, id ini selalu saja ditekan dan seperti panci uap. Uapnya tidak pergi, cuma menumpuk (ketika kita frustasi dalam kehidupan bermasyarakat). Hanya ada katup kecil tempat keluar uap yang bisa mensublimasi sedikit hasrat instingtif. Jika panas panci bisa tertahankan, maka tutupnya tidak akan terlepas, tapi jika panasnya tak tertahankan maka pancinya akan meledak. Neurosis (ganggua psikis) muncul karena usaha manusia untuk menjaga agar tidak meledak dan menggunakan cara eksentrik untuk mensublimasi hasrat-hasratnya. Sebagaimana kata Freud, “seorang menjadi neurotik karena ia tidak sanggup lagi jumlah frutasi yang dibebankan masyarakat padanya demi idealnya kebudayaan.


Memang diakui bahwa banyak orang mengalami neurotik. Namun, seandainya demikian maka semua anggota masyarakat akan menderita neurotik. Freud mengajukan pertanyaan radikal dalam bukunya Civilisation Abd Its Discontents, “seandainya peradaban didirikan atas dasar penindasan insting,” mungkinkah perkembangan peradaban akan membuat orang semakin neurotik. Sehingga ketika Freud ditanya tentang menghilangkan rasa frustasi dan ketidakbahagiaan, dia menjawab, “manusia harus membebaskan hasrat id-nya, dengan begitu manusia akan menjadi dirinya sendiri.” Teori Freud inilah yang kemudian banyak diadopsi oleh kaum “eksentrik” seperti punk. Anda bias melihat sendiri sejauh mana kebenaran teori ini dengan melihat komunitas punk dan aktivis budaya tanding lainnya…

13 April 2011

Hujan dan Istana Dg. Sampara

Langit tampak sangat gelap. Taburan bintang yang biasanya terhampar luas kini dipaksa bersembunyi di balik awan. Cuaca sedang tak bersahabat. Tanpa malu angin malam menusuk hingga ke tulang. Hujan baru saja reda setelah seharian langit menumpahkan isinya. Ruas jalan mulai dari trotoar bahkan badan jalan tak luput dari genangan air. Malam ini, jalan-jalan di makassar seakan menjadi "danau" dadakan yang terbentang panjang dan akan segera lenyap beberapa hari kemudian. Di balik jendela kamar saya hanya mengerutkan dahi sambil memantapkan diri untuk beranjak dari rumah. "Malam ini saya harus berangkat dan menuntaskan janji", kalimat yang kuucapkan beberapa kali sekedar untuk meyakinkan diri. Walaupun firasat akan hujan terus saja menghantui, sama sekali tak mengurungkan niat saya untuk bertarung dengan dinginnya malam. Mantel hujan serta Sweater sudah siap, saatnya berangkat menembus malam.

Benar saja, belum sampai di tempat tujuan, hujan deras tiba-tiba saja tumpah dari gelapnya langit. Seperti tamu yang nyelonong masuk rumah tanpa permisi. Si Cloudy kuarahkan ke bahu jalan tanpa menyalakan weser. Akh, ini jam 10 malam, jalan sudah sepi dan tidak akan ada yang bakalan nyerempet dari belakang. Secepat kilat saya turun dari Cloudy, mencari tempat berteduh. Jalan sudah tertutup butiran hujan, tentunya terlalu beresiko untuk melanjutkan perjalanan. Akhirnya, saya memutuskan untuk berteduh sambil menghangatkan diri dengan melingkarkan tangan di tubuh.

"Masukki..." terdengar suara samar karena hujan dari balik kios.
Saya menoleh untuk memastikan bahwa suara itu ditujukan kepada saya.
"iye" jawabku singkat.
Karena tak tahan kedinginan di luar. Saya melangkahkan kaki memenuhi ajakan si pemilik kios. Sesaat saya ingin menanggalkan sepatu,
"nda usahmi dibuka. kita pakemi sepatuta!"
"oh, iye..."

Di sinilah awal mula perkenalanku dengan Dg. Sampara, lelaki paruh baya berumur sekitar 40-an tahun. Lelaki yang berprofesi sebagai pengayuh becak sekaligus penjual ikan. Pagi hari hingga menjelang senja beliau mengayuh becak dan di malam harinya menjajakan ikan di kios miliknya. Profesi ini beliau geluti selama 15 tahun terakhir. Ijazah SD tidak akan memberinya kesempatan hidup seperti "manusia" di kota metropolitan seperti Makassar.

Di dalam "istana" (kios, red) Dg. Sampara, saya duduk di meja berukuran 2x3 meter yang terbuat dari anyaman bambu. Belum lima menit, secangkir kopi hangat muncul dari balik tirai bersama dengan istri Dg. Sampara. Jamuan yang berlebihan mengingat saya hanya orang yang kebetulan singgah untuk berteduh. Apalagi, inilah perkenalan pertama saya dengan Dg. Sampara. Tidaka ada sedikit pun kecurigaan Dg. Sampara terhadap saya. Ketika saya bertanya seandainya saya berniat jahat, beliau hanya tersenyum simpul. "Untuk apa orang berbuat jahat, tidak ada yang bisa dirampok disini" tukas Dg. Sampara

"Kapitalisme meniscayakan kemiskinan" celoteh seorang teman. Ah, sudahlah! Itu cerita lama...

9 April 2011

Si Gila Nietzsche yang Pesimis

Friedrich Wilhelm Nietzsche
Friedrich Wilhelm Nietzsche lahir pada tanggal 15 Oktober 1944 di Saxony (saat itu bagian dari kerajaan Prussia). Merupakan salah satu tokoh pertama filsafat eksistensialisme (filsafat yang meyakini bahwa manusia adalah pusat/sumber kebenaran dan bebas memberikan persepsi terhadap suatu objek mengingat kebenaran, menurut mereka, adalah relative). Ayahnya seorang Lutheran yang sangat mengagumi Friedrich Wilhelm IV. Beberapa tahun setelah kelahiran Nietzsche ayahnya meninggal, yaitu pada tahun 1849. Patut dicatat, kakek, ayah, dan Nietzsche sendiri meninggal dalam keadaan gila.

Diyakini bahwa kematian ayah Nietzsche karena pelemahan otak, hasil diagnose menunjukkan seperempat otaknya telah rusak akibat pelemahan. Menurut dokter, penyakit ini tidak menurun, tapi terbukti Nietzsche meninggal karena pelemahan otak, persis yang dialami ayah dan kakeknya.

Sejak itu Nietzsche diasuh oleh para perempuan suci (ibu, kakak perempuan, dan bibinya yang perawan tua) dan dididik untuk menjadi pendeta sampai pada usia 19 tahun. Namun kenyataan berkata lain, Nietzsche membangkang, dia menjadi sangat tak terkendali. Berkelahi, mabuk, dan bercinta dengan pelacur (yang terakhir menurut Nietzsche, hanya kebetulan). Malangnya, Nietzsche mengidap syphilis, suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan saat itu.

Setelah pindah di Leipzig, The World as A Will and Representation karya Schopenhauer mengubah hidup Nietzsche dan menjadi pengagum Schopenhauer yang fanatik. Ajarannya tentang pesimisme dan keterasingan merasuk dalam jiwa Nietzsche muda. Sejak saat itu, Nietzsche menjadi seorang atheis. Salah satu slogannya yang sangat terkenal:
Tuhan telah mati
Hiduplah menantang dalam bahaya
Apakah obat terbaik? Kemenangan (The Dawn, 571)
Setelah mendeklarasikan kematian Tuhan (Tuhan yang diyakini penganut Kristiani), dia terus menggonggong dengan filsafatnya. Menurut Nietzsche, manusia hidup untuk berkuasa (will to power). Selain itu, sikap anti-semitnya menjadi sangat kontroversial dan dikemudian hari menjadi alasan Nazi melakukan holocaust.

Nietzsche adalah penyendiri dengan tubuh yang lemah dan penyakit yang terus menggerogotinya. Akhirnya, pada tahun 1889, Nietzsche mengalami gangguan mental yang tak bias disembuhkan lagi dan pada tahun 1990 dia meninggal di Weimar setelah lebih dari satu dekade mengalami kegilaan. Bukti kemurungan Nietzsche terlihat pada beberapa tulisannya:
Kita harus membuang jauh-jauh sikap lembut dan kehalusan hati. Sebab kelembutan adalah kelemahannya. Kepatuhan dan kerendahan hati adalah hina dan cela. Kelembutan, lapang dada, pemaaf, dan tenggang rasa adalah kemunduran dan hilangnya kemauan keras… Kita harus melepaskan diri kita dari orang lemah dan tak berdaya, serta mengusir mereka sejau-jauhnya dari tengah kita…(Will to Power)
Nietzsche membuat penjara bagi dirinya sendiri di tempat ia hidup. Di akhir hayatnya, ketika manusia memetik buah pemikiran yang pernah disemainya, Nietzsche malah menjadi gila dan menulis sepucuk surat pada saudara perempuannya. Dalam surat itu, dengan penuh keputusasaan, dia menulis,
Setiap waktu berlalu, kehidupan terasa semakin mahal… sejak beberapa tahun belakangan ini aku begitu menderita dengan penyakit yang telah membuatku sesak, kedinginan, dan begitu menyakitkan. Tapi aku belum pernah mengalami kecemasan dan keputusasaan seperti yang kualami saat ini. Apakah gerangan terjadi? Telah terjadi sesuatu yang semestinya abadi. Perselisihanku dengan semua orang telah menyebabkan mereka tidak lagi percaya kepadaku. Kita semua salah. Duhai, hari ini aku telah begitu menderita oleh kesendirian ysang drastic, yang membuatku tidak lagi dapat tertawa walaupun dengan seorang raja, atau minum secangkir the dengan seseorang. Tidak ada seorang pun yang mau membangun persahabatan yang dapat menyegarkan jiwa
Yah, Nietzsche memang terkenal dengan filsafatnya yang gaungnya membuat orang tetap terjaga sampai saat ini. Filsafatnya tentang manusia super (superman), kehidupan abadi (eternal recurrence), atau tentang satu-satunya tujuan peradaban yaitu menghasilkan manusia hebat seperti Goethe, Napoleon, dan dirinya sendiri. Di tangannya, filsafat menjadi sangat berbahaya, tajam, dan persuasif. Namun di balik gaungnya yang mendunia, kegilaan, pesimisme, kemurungan, keputusasaan, dan keterasingan menjerat sampai akhir hayatnya. Itulah si gila Nietzsche yang pesimis


5 April 2011

Jangan Curhat, hah...?

Sepanjang yang saya ketahui, blog, selain sebagai tempat menulis, juga berfungsi untuk menumpahkan isi hati kita alias curhat (curahan hati). Pagi ini saya mau nyampah (ini versi seorang teman, menurutnya curhat tidak ada bedanya dengan membuang sampah). Walaupun saya harus melihat akhir dari tulisan ini untuk menyimpulkan apakah tulisan ini benar-benar 'sampah' atau tidak. Lagi pula tidak akan ada yang keberatan dengan apa yang saya tulis (ya iyalah, blog ini saya yang punya) dan tidak ada beban sama sekali untuk menulis apa pun. EGP...!, istilah anak muda. Itulah bedanya blog dengan pacar, blog tidak akan pernah mengeluh sedangkan pacar, dikit-dikit ngeluh, minta ini, minta itu. Aduuhh, koq lari ke pacar sih. Konsisten dong,..ehm

Baik saya mulai aja yah,..:)

Subuh tadi, tiba-tiba aja mimpi ketemu ibu di kampung. Saya melihat dengan jelas kian rentanya beliau termakan usia, rambut yang memutih dan wajahnya yang semakin tak berstruktur. Nah, biasanyan ini pertanda bahwa saya harus pulang kampung untuk sejenak melepas rindu atau sekedar terlelap di pangkuannya sambil mengelus kepalaku (saya tahu, bagian inilah yang paling beliau sukai). Saya baru sadar ternyata sudah lama saya tidak menginjakkan kaki di kampung halaman karena sibuk 'ngampus' (alasan paling ampuh untuk berlama-lama di Makassar). Mungkin mimpi tersebut sebagai tanda bahwa sudah saatnya pulang.

Setelah bermimpi, saya terbangun kemudian langsung meraih jam weker. Oh, ternyata sudah pukul 5 pagi. Saya beranjak dari tempat tidur dan mengambil air wudhu. Usai shalat subuh, saya bermunajat sambil berdoa kepada Tuhan, mendoakan ibu, ayah (alm), dan keluarga yang lain. Tidak seperti biasanya, kali ini saya tidak beranjak dari tempat shalat, masih memikirkan mimpi barusan, tentang ibu yang wajahnya semakin keriput. Itu ibu saya, wanita buta huruf yang tidak pernah menginjakkan kakinya di bangku sekolah. Wanita berhati malaikat yang tidak pernah mengeluh ketika dimintai uang kuliah dan rela memanggang tubuhnya di bawah terik matahari demi koin rupiah untuk membiayai pendidikan anaknya. Tujuannya tak lain, supaya anaknya duduk tenag di ruang kuliag ber AC. Beliaulah wanita yang rela melepas ringgit kesayangannya (emas yang berbentuk koin, berdiameter 4 cm) supaya anaknya tidak mencak-mencak gara-gara uang SPP nya terlambat dilunasi. Demi satu hal, anak kesayangannya meraih gelar sarjana dan kelak menjadi orang sukses. Bahkan semangatnya jauh berapi-api dibanding anaknya sendiri.

Untuk siapa kesuksesan itu? Untuk anaknya pasti, saya. Bagaimana pun, umurnya sudah terlalu renta untuk menikmati hasil jerih payahnya, toh kalau anaknya sukses nanti. Ketulusan manusia berhati emas. Lantas bagaimana dengan anaknya sendiri, apa yang telah dipersembahkan untuk ibunya? Apalagi kalau bukan keluhan, rengekan, suara yang meninggi karena kiriman uang terlambat. Hebat betul, hah...?

Termenung sejenak, buat apa saya menulis hal seperti ini blog. Betulkah karena saya peduli? Oh, saya tidak yakin. Sama sekali tidak merubah keadaan sedikit pun, kecuali bagi orang lain yang ingin membacanya.
Apa yang telah saya lakukan untuk ibu?
Pertanyaan yang ingin saya tulis sejak saya menuliskan 'sampah' ini. Pertanyaan yang gampang, saya yakin anak TK pun bisa menjawab pertanyaan semacam ini. Sayangnya, saya tidak punya jawaban dan terlalu naif untuk berkata tidak.

Sepertinya benarlah apa yang dikatakan teman saya, curhat adalah nyampah dan tempat curhat adalah sampah, siapa pun itu termasuk blog ini. Kasian blog ini jadi tempat sampah, hah...?

3 April 2011

Dari Pengembala Domba Sampai Mario Teguh

Hari ini sebenarnya saya tidak mood menulis. Bingung dan tidak tahu apa yang harus saya tulis...

15 menit berlalu

Belum ada ide yang terlintas di kepala...

10 menit kemudian...

Akhirnya saya dapat kutipan yang menarik dari A. Fatih Syuhud ketika ditanya oleh temannya, bunyinya kurang lebih begini,
Apa bedanya antara masyarakat modern (Barat) dan masyarakat
agraris? Saya jawab singkat, yang pertama sebagai
penggembala, yang kedua sebagai dombanya
Kasihan....:P
 
Yah, suka tidak suka dengan analogi di atas, tapi sulit untuk berapologi untuk sekedar defensif karena itulah kenyataannya. Kita hanya domba-domba yang sangat senang karena dipelihara oleh orang barat (negara maju, red). Teknologi, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dll sebagian besar diciptakan oleh barat dan kita (negara dunia ke-3, termasuk Indonesia) adalah konsumennya. Bahkan keyboard komputer yang saya pencet untuk menulis artikel ini adalah karya orang barat (Artinya saya juga domba dong, hah???)

Sebelumnya, saya pernah menulis artikel Ketika Hal Langka Itu Bernama Budaya Membaca. Yah, salah satu faktor utama keteerbelakangan kita adalah langkanya budaya membaca. Padahal, dinegara maju membaca bukan lagi budaya melainkan konsep hidup. Alih-alih budaya membaca, mengenali huruf pun banyak yang tidak tahu alias buta huruf.

Saya kutip ayat Al-Quran,
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu yang mengubah apa apa yang pada diri mereka (Q.S 13;11)
Jadi, jangan menyalahkan Tuhan atas kebodohan dan ke-terbelakang-an kita. Banyak jalan menuju roma (sukses, red). Mustahil anda menjadi the new Thomas Alva Edison jika anda hanya ongkang kaki dirumah sambil berdoa dan bermimpi suatu saat menjadi orang terhebat di dunia. Itu omong kosong namanya. Teman saya bilang, "ke laut aja loe, jadi tude". 

Sebagai akhir dari tulisan singkat ini, coba resapi petuah Mario Teguh yang saya kutip (lagi),
Be your super self, jadilah diri anda yang terbaik. Jagan hanya kagum dengan mereka yang sukses, tapi lihat dan ikuti cara yang mereka tempuh untuk meraih kesuksesan. Kemudian, perhatikan apa yang terjadi !

Wallahu a'lam...

2 April 2011

Indahnya Jatuh Cinta (Lagi)

Siapa pun yang pernah jatuh cinta pasti tahu betul bagaimana rasanya. Semuanya menjadi begitu indah dan yang ada hanyalah keindahan di sekeliling kita. Sulit untuk menggambarkannya dengan kata-kata, terlebih jika cinta kita akhirnya terbalaskan, seperti penggalan lirik sebuah lagu, "jatuh cinta berjuta rasanya". Sudahlah, apa pun yang saya tulis untuk menggambarkan bagaimana rasanya jatuh cinta tidak akan mampu menumpahkan "rasa" yang sebenarnya tentang orang yang jatuh cinta.
Bayangkan ketika anda bertemu dengan seorang gadis. Gadis yang mengerayangi malam-malam anda di dalam mimpi yang akhirnya anda diberi kesempatan untuk bertemu dengannya. Dimana pada titik klimaks, anda akhirnya benar-benar jatuh cinta padanya. Bisa dipastikan, anda akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya, bahkan anda rela melakukan hal yang cukup gila dan tidak masuk akal hanya untuk sekedar menatapnya dan berharap dia punya perasaan yang sama layaknya anda. Oh, betapa indahnya jika akhirnya cinta anda terbalas, serasa dunia ada di dalam kepalan tangan bersama gadis cantik anda. Maaf, saya cukup buruk untuk menggambarkan bagaimana rasanya jatuh cinta, tapi itulah yang dapat saya tulis untuk melukiskan perasaan saya hari ini, jatuh cinta.
Yah, hari ini saya sangat bahagia. Bukan karena bertemu dan jatuh cinta pada gadis impian seperti gambaran di atas, sama sekali tidak ada hubungan dengan seorang gadis. Lagi pula saya tidak akan memposting hanya untuk mengabarkan bahwa saya jatuh cinta pada seseorang. Setidaknya untuk kali ini tidak! Lantas siapa yang berhasil meluluhkan hati saya? Mau tahu? Ini dia...
Dunia Shopie (Gold Edition)

Dan 
Doktrin-Islam dan peradaban
Buku buku di atas adalah buku edisi lama. Dunia Shopie karya Jostein Gardner terbit pada tahun 1996 (Mizan) sedangkan Islam: Doktrin dan Peradaban karya Nurcholish Madjid terbit pada tahun 1992. Khusus Dunia Shopie, saya sudah membacanya berkali-kali, tapi karena seri gold edtion benar-benar cantik dan menggoda, akhirnya saya berjanji untuk memilikinya. Buku ini pun jadi waiting list, maklum harganya lumayan menguras kocek, 99 ribu, jadi harus bersabar sampai punya duit. This's it, hari ini Dunia Shopie gold edition bermalam pertama di kamarku setelah menunggu 2 bulan lamanya.  Seperti sebongkah emas yang tergeletak di depan saya. Sedangkan Islam: Doktrin dan Peradaban bertemu dengan saya secara tidak sengaja. Langsung jatuh hati, akhirnya saya rela menguras uang di dompet untuk memiliki buku ini.  Buku tebal karya Cak Nur ini bercerita banyak tentang Islam kontemporer dan bagaimana membangun peradaban dari sudut pandang Islam. Menurut saya, walaupun buku tersebut keluaran lama, tapi kualitas tidak berbicara waktu...
Saya hanya ingin merebahkan tubuh menatap 2 buku "ajaib" berada di kamarku, seperti gadis yang bersandar di bahu saya dengan suara manja. Betapa beruntung dan bahagianya hari ini, walaupun dompet sudah tak berisi lagi, no problem. Seperti judul postingan ini,  Indahnya jatuh cinta (Lagi).