20 April 2011

Sigmund Freud dan Hasrat Kebinatangan Manusia

Sigmund Freud
Sigmund Freud adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi. Ia lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia, yang sekarang dikenal sebagai bagian dari Republik Ceko. Sumbangannya pada teori psikologi sehingga dijuluki sebagai bapak psikoanalisa. Pandangannya tentang motif atas perilaku manusia tetap hidup sampai sekarang namun  banyak mengundang kontroversi. Menurutnya, manusia itu layaknya “binatang yang haus darah” yang selalu menebar ancaman bagi sesamanya. Itulah mengapa Teori Freud tidak bisa dilepaskan dari peradaban manusia. Freud mampu membedah peradaban dengan teori represinya dan sampai pada kesimpulan bahwa peradaban adalah bentuk penindasan terhadap diri manusia karena mengharuskan mengikuti ribuan aturan yang mengekang “sifat asli” manusia yang bersumber dari id. Menurutnya, inilah penyebab “ketidakbahagiaan” manusia sehingga satu-satunya cara emansipasi adalah dengan menolak peradaban (budaya) manusia. “Kita harus cabut dari system” tegas Freud.Bukankah itu sangat naïf?


Freud berargumen bahwa pikiran manusia terbagi atas tiga hal yaitu id, ego, dan super ego. Id merupakan dorongan dan impulse ingsingtif yang dikendalikan oleh prinsip kenikmatan. Ia tidak punya pemahaman akan realitas dan tidak punya batasan diri. Id merupakan kumpulan hasrat liar yang brutal dan selalu ada dalam diri manusia. Sedangkan ego merupakan “perayu” bagi id supaya bisa realistis dengan tuntutannya agar bisa menunda pemuasan id. Ego inilah yang bertugas menjaga luapan id supaya bisa tetap bersabar menunggu dan tentunya tidak macam-macam. Sayangnya manusia tidaklah begitu rasional. Kadangkala egoid. Disinilah peran super ego, jenis ketiga dari pikiran manusia. Super ego bertindak sebagai sekutu ego untuk menyensor hasrat-hasrat liar id dengan menggunakan perasaan malu dan salah, sehingga id bias tetap “adem ayem” dalam diri kita. tak bias berbuat apa-apa dalam menghadapi


Dari tiga bagian pikiran di atas, id dan super ego lah yang sangat bertentangan. Ide pokok teori Freud bahwa dengan berkembangnya super ego, konflik instingtif tidak akan pernah tuntas. Hasrat yang paling primitive itu tidaklah lenyap, melainkan di represi. Setiap saat, hasrat “kebinatangan” bisa saja keluar dan meluap ketika super ego lemah. Namun, dalam kehidupan bermasyarakat, id ini selalu saja ditekan dan seperti panci uap. Uapnya tidak pergi, cuma menumpuk (ketika kita frustasi dalam kehidupan bermasyarakat). Hanya ada katup kecil tempat keluar uap yang bisa mensublimasi sedikit hasrat instingtif. Jika panas panci bisa tertahankan, maka tutupnya tidak akan terlepas, tapi jika panasnya tak tertahankan maka pancinya akan meledak. Neurosis (ganggua psikis) muncul karena usaha manusia untuk menjaga agar tidak meledak dan menggunakan cara eksentrik untuk mensublimasi hasrat-hasratnya. Sebagaimana kata Freud, “seorang menjadi neurotik karena ia tidak sanggup lagi jumlah frutasi yang dibebankan masyarakat padanya demi idealnya kebudayaan.


Memang diakui bahwa banyak orang mengalami neurotik. Namun, seandainya demikian maka semua anggota masyarakat akan menderita neurotik. Freud mengajukan pertanyaan radikal dalam bukunya Civilisation Abd Its Discontents, “seandainya peradaban didirikan atas dasar penindasan insting,” mungkinkah perkembangan peradaban akan membuat orang semakin neurotik. Sehingga ketika Freud ditanya tentang menghilangkan rasa frustasi dan ketidakbahagiaan, dia menjawab, “manusia harus membebaskan hasrat id-nya, dengan begitu manusia akan menjadi dirinya sendiri.” Teori Freud inilah yang kemudian banyak diadopsi oleh kaum “eksentrik” seperti punk. Anda bias melihat sendiri sejauh mana kebenaran teori ini dengan melihat komunitas punk dan aktivis budaya tanding lainnya…

Tidak ada komentar: