21 Mei 2011

Makna Syukur yang Sesungguhnya

Banyak sekali ayat dalam Al-Quran yang menganjurkan agar manusia bersyukur. Anjuran ini tidak hanya secara eksplisit dijelaskan dalam Al-Quran, namun juga secara implisit. Begitu juga melalui sabda Rasul, beliau selalu memerintahkan agar hamba Allah senantiasa bersyukur atas nikmat yang mereka peroleh. Dalam perjalanannya, banyak yang memahami makna syukur sebagai ucapan terima kasih kita kepada Tuhan. Sehingga sangat lumrah dijumpai ketika seseorang memperoleh nikmat, langsung mengucapkan Alhamdulillah sebagai ungkapan terima kasih kepada yang Mahamemberi. Sejumlah pertanyaan muncul, di antaranya: Apakah ucapan Alhamdulillah cukup untuk mengungkapkan rasa syukur kita atau ada makna lain dari syukur yang belum banyak diketahui?

Di sela-sela pembahasan Epistemologi Islam, Murtadha Muthahhari dalam Buku Pengantar Epistemologi Islam menyisipkan pembahasan tentang makna syukur. Dalam kaitannya dengan epistemologi beliau mengutip salah satu ayat dalam surah An-Nahl;
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S An-Nahl:78)
Potongan ayat Agar kamu bersyukur dalam hal ini sangat penting: Selayaknya kalian bersyukur dan berterima kasih atas nikmat yang dilimpahkan oleh Allah Swt. Apa maksudnya? Apakah dengan mengucapkan: "Alhamdulillah, aku bersyukur atas nikmat telinga, mata, dan hati yang Engkau berikan". Tidak demikian. Menurut Muthahhari, penting untuk mengetahui arti kata Syukur. Dalam Bahasa Arab, kata syukr memiliki arti taqdir (penghargaan). Bersyukur artinya menghargai. Oleh karena itu maka Allah disebut Syakur (Mahamenghargai). Apakah Allah menyatakan kepada hamba-Nya:"Aku bersukur kepada kalian?" Tentu tidak. Allah bersyukur dan menghargai, maka Dia,
Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik (Q.S At-Taubah:120)
Allah menghargai setiap perbuatan baik dan sama sekali tidak menyamakannya dengan kejahatan. Perbuatan baik akan dinilai dan dihargai oleh Allah. Oleh karena itu Allah disebut dengan Syakur.

Lantas apa yang dimaksud dengan seorang hamba yang bersyukur? Yaitu hamba yang memperoleh kenikmatan dan menghargai kenikmatan itu. Menggunakan kenikmatan sesuai dengan tujuan Allah menciptakannya adalah makna dari menghargai kenikmatan. Mensyukuri tangan buka hanya dengan mengatakan: "Ya Allah, aku bersyukur atas tangan yang Engkau berikan padaku". ini hanya ungkapan rasa syukur, bukan berarti telah bersyukur

Muthahhari melanjutkan dan memberikan penjelasan yang sangat menarik. Beliau menegaskan, bersyukur adalah bergerak, beramal dan mempergunakan kenikmatan sesuai dengan tujuan diciptakannya kenikmatan itu. Untuk apa Allah menciptakan tangan? Menciptakan mata? Menciptakan otak? Bersyukur adalah menggunakan semua kenikmatan tesebut pada jalurnya masing-masing.

Itulah makna syukur yang seharusnya kita pahami dan jalankan dalam kehidupan karena sebaik-baik hamba adalah memperoleh kenikmatan kemudian mensyukurinya. semoga bermanfaat [...]

1 komentar:

Bhima Permana Putra mengatakan...

Makasih sob udah share info kyk begini,jadi tersentuh hati ane..
General Insurance