26 Februari 2012

Mencari Pemimpin Yang Bercita Rasa Indonesia

Masih lama memang, tapi ini Indonesia bung! Politik adalah perbincangan yang tidak ada habisnya. Media, lokal maupun taraf nasional, hampir setiap hari bicara tentang politik. Termasuk saya yang akhirnya ikut-ikutan bicara politik. Namanya saja Indonesia, tidak keren kalau tidak latah.

Akhir-akhir ini, lembaga survey rame-rame mempublikasikan hasil surveynya. Sejumlah nama digadang-gadang bakal menggantikan SBY. Kebanyakan politisi senior (orang tua maksud saya), di antaranya Jusf kalla, Megawati Soekarnoputri, Aburizal Bakrie, Hatta Radjasa, dan sejumlah tokoh lainnya. Mereka ini yang dianggap punya popularitas serta elektabilitas tinggi di mata rakyat. Entah itu valid atau tidak.

Kalau tidak ambruk, di tahun 2014, Indonesia kembali menyelenggrakan pesta terbesar, pesta demokrasi. Termasuk di dalamnya, pemilihan presiden untuk periode 2014-2019. Rakyat kembali “dipaksa” memilih nahkoda bangsa. Di antara sekian banyak nama yang berpotensi menjadi kandidat, kiranya siapa yang paling pantas? Saya tidak berniat untuk menunjuk satu atau beberapa pilihan nama, nanti dikirain kampanye. Lagi pula, pilihan saya pasti “subjektif”.

Melihat situasi sekarang ini, sangat bijak sepertinya kalau pembicaraan kita batasi pada wilayah kriteria saja. Agar nantinya kita tidak terjebak pada pandangan sempit dan tidak rasional. Mengapa? Pembahasan kriteria akan berimplikasi pada pembentukan paradigma atau persepsi. Penulis berharap kemudian, paradigma akan mengarahkan kita pada pilihan rasional. Tentu saja paradigma yang dimaksud adalah paradigma yang benar.

Kita -yang waras- pasti sepakat untuk memlih pemimpin yang bersih, jujur, tegas, lugas, cerdas, dekat dengan rakyat, dan lain-lain. Pembahasan ini sudah lama dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Saya hendak menambahkan satu kriteria lagi yaitu memilih pemimpin yang bercita rasa Indonesia.Sepintas lalu, kriteria tersebut ganjil. Mari kita telusuri agar syarat yang saya ajukan tidak ganjil.

Tepat 1 Mei 1963 Papua, sebuah pulau yang terletak di bagian timur Indonesia di rebut dari tangan Belanda. Nusa Tenggara yang terletak di bagian timur Pulau Bali. Kepulauan Maluku yang terletak di antara Papua dan Pulau Sulawesi. Sebagian Pulau Sulawesi, Kalimantan, dan Utara Pulau Sumatera. Daerah-daerah tersebut adalah mewakili sebagian besar Indonesia. Faktanya, hingga kini mereka masih jauh terbelakang dibanding daerah lain di Indonesia, seperti Jawa, Sebagian Sulawesi dan Sumatera. Padahal, kita merdeka sejak 17 Agustus 1945. Jangan heran kalau OPM ingin memerdekakan Papua, RMS ingin membebaskan Maluku, GAM ingin memisahkan Aceh dari NKRI. Cukup Timor timur yang melepaskan diri dari Indonesia.

Indonesia seperti yang kita ketahui bersama, terdiri dari banyak suku. Merekalah yang bersepakat mendirikan Republik Indonesia. Makanya lahirlah Bhineka Tunggal Ika, berbeda tapi satu jua. Meskipun saya tidak sepakat pada penggunaan Istilah ini karena hanya mewakili bahasa dari suku tertentu. But, watheverlah! Yang Jelas Indonesia itu adalah suku ambon. Indonesia itu suku Asmat. indonesia itu suku Bugi-Makassar. Indonesia itu suku Jawa. Indonesia itu suku Minangkabau. Indonesia Itu suku dayak, dan lain-lain. Artinya apa? Mereka harus diperlakukan sama. Mulai dari pendidikan, ekonomi, politik, dan budaya. Niscaya haram membeda-bedakannya jika kita masih sepakat bahwa bangsa Indonesia itu ada.

Pemimpin yang bercita rasa Indonesia adalah pemimpin yang punya komitmen terhadap bangsa Indonesia. Pemimpin yang mau membangun Papua, Jawa, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera. Pemimpin yang tidak menjual aset bangsanya untuk asing. Pemimpin yang mampu merasakan penderitaan serta keterbelakangan banyak suku di Indonesia. Pemimpin yang mencintai kebudayaan Indonesia, tidak hanya batik tapi juga tenun songket, tenun sutra, koteka, dan lain-lain. Pemimpin yang bercita rasa Ambon, Papua, Bugis, Jawa, dan lain-lain. Yah, kita mencari pemimpin yang bercita rasa Indonesia. Untuk Indonesia lebih baik