5 Mei 2009

Hujan Peluru dan Gas Air Mata Mewarnai Peringatan HARDIKNAS Di Makassar

Pagi itu Cuaca kota makassar cerah. namun, pesan singkat di handphoneku mengantarkanku ke sejarah baru tak terlupakan. saat itu, jam 8 pagi datang undangan melalui pesan singkat di Handphoneku. Oh, ternyata HmI cabang makassar timur akan melakukan aksi. Tepat setengah 10 pagi, aku bergabung di pintu 1 UNHAS. Tampak sang korlap berorasi di bawah teriknya matahari pagi. “Terik matahari hari ini tidak sebanding dengan penderitaan rakyat” teriaknya sambil memegang megaphone. Beberapa teman dari komisariat berdatangan memenuhi bahu jalan.

Jam 10 pagi, dimulailah long march ke Dinas Pendidikan Prop.Sulawesi Selatan. Tampak Polisi berjaga di sepanjang jalan yang kami lalui. Sambil berorasi bergantian, kami sampai di depan kantor Dinas Pendidikan. Sekitar 20 menit berorasi di depan kantor menunggu pihak Dinas Pendidikan untuk menandatangai pernyataan sikap. Lama menunggu kontan memancing emosi teman-teman untuk merangsek masuk ke kantor dinas pendidikan. Akhirnya, yang ditunggu datang juga, seorang pegawai separuh baya yang mengaku Kasubdin mendatangi massa yang sudah gerah menunggu. Ichi Indrawan, Ketua Cabang HmI cabang makassar Timur (MakTim) membacakan pernyataan sikap yang selanjutnya ditandatangani oleh kasubdin tersebut. Salah satu poin pentingnya adalah cabut UU BHP. Dari dinas pendidikan, perjalanan dilanjutkan ke Tol Reformasi. Ternyata sudah ada lautan mahasiswa di sana. Mereka berasal dari Badan Eksekutif mahasiswa Se-Makassar. Kami pun ikut bergabung. 

Teriknya matahari membakar semangat untuk tetap berorasi. Beberapa saat kemudian, orasi dihentikan. Perjalanan dilanjutkan ke kantor Gubernur Sulawesi Selatan. Barikade rapat Polisi Perintis telah menanti di depan kantor gubernur. yang kian bersemangat berhasil merangsek masuk ke halaman kantor. Orasi dilanjutkan secara bergantian. Halaman kantor yang sejuk ternyata tidak menyurutkan semangat massa. Situasi semakin memanas. Tindakan kepolisian yang cenderung represif menyulut emosi sebagian massa, tak terkecuali kami dari HmI MakTim. Situasi terus memanas. Akhirnya, SERANG!! Teriak sang korlap dengan megaphonenya. Suasana gaduh, massa kehilangan konsentrasi. Serangan massa dibalas dengan pentungan oleh polisi.Suasana menjadi sangat kacau. Melawan polisi yang bersenjata lengkap dengan bogem (red:tangan kosong) sama saja cari mati. Tidak ada jalan lain kecuali mencari batu. Tapi sialnya, batu sangat sulit didapatkan. Akibatnya polisi berhasil memukul mundur massa. Terpojok di depan got yang lebar, massa bertahan. Namun, hujan gas air mata dan peluru memaksa kami mundur. Banyak yang tercebur di dalam got sedalam lutut. Mencoba lompat, sial ternyata aku ikut tercebur. Celana Levis ketat dan sedikit kelebihan berat badan menjadi penyebabnya.

Kembali mencoba bertahan di jalan raya. Sekali lagi, gas air mata dimana-mana membuat kami harus mundur. Massa terpecah, berlarian di lorong kecil. Mungkin tidak ada yang tahu, ternyata kami sudah terkepung. Intaian beberapa helikopter memudahkan polisi memantau kami sehingga kantung-kantung massa yang terlihat sangat mudah diserang. Apalagi tembakan gas air mata tak henti-hentinya menghujani kami. Polisi makin brutal dengan mengempesi ban motor kami dan menangkap siapaun yang ditemuinya. Bagaimana dengan nasibku? Alhamdulillah aku aman di dalam mushalla. Persembunyian terbaik menurutku.

Sambil istirahat sambil menunggu situasi reda. Selang beberapa saat kemudian, telpon dari teman datang, katanya situasi sudah aman dan teman-teman HmI MakTim disuruh berkumpul di Masjid baiturrahman untuk evaluasi. Sesampaiku di mesjid, teman-teman HmI MakTim sudah berkumpul. Siapa saja yang terluka atau tertangkap. Ternyata beberapa orang teman kami ditangkap dan beberapa motor kami ikut disita oleh polisi. Biadab pikirku. Setelah evaluasi, aku langsung pulang ke rumah dan sebagian yang lain kembali ke kampus untuk langkah selanjutnya.

Jam 5 sore, pesan singkat masuk di HPku, ada aksi lanjutan di Pintu 1 UNHAS oleh BEM se-Makassar. Mereka memprotes tindakan polisi yang represif. Ini wajar mengingat banyaknya anggota mereka yang ditangkap. Tapi aku sudah sangat lelah untuk kembali. (Makassar, 4 mei 2009

Tidak ada komentar: