4 Februari 2011

Pergolakan Mesir; Revolusikah?

Korban terus berjatuhan seiring meluasnya demonstrasi antipemerintah di kota-kota utama di Mesir, Sabtu (29/1/2011). Sedikitnya 48 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antara demonstran dan polisi sejak aksi pecah, Selasa.

Korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Massa yang marah mengeroyok tiga polisi hingga tewas di kota Rafah, dekat Sinai. Di Kairo, polisi—yang dibenci masyarakat karena tindak represif terhadap rakyat selama ini—ditarik dari jalanan dan digantikan tentara Mesir (kompas.com, 30 Januari 2011)

Menurut situs pembocor dokumen, Wikileaks, Amerika Serikat merancang "skenario" pergolakan yang menuntut turunnya Presiden Mesir, Hosni Mubarak. Lanjut situs ini, Amerika telah menyiapkan segalanya termasuk kemungkinan pengganti Hosni Mubarak jika dikemudian hari lengser. Skenario yang dimaksud adalah Menyiapkan kepala Intelejen Mesir, Omar Suleiman mengambil alih kekuasaan jika terjadi sesuatu dengan Mubarak. Pada Sabtu lalu, skenario ini terbukti, Mubarak menunjuk Suleiman sebagai wakil presiden. Dia menjadi tokoh paling kuat menggantikan Mubarak.

Jika Omar Suleiman benar-benar memimpin Mesir, jangan harap akan terjadi perubahan besar dalam struktur maupun pola pemerintahan Mesir. Bisa dipastikan Amerika dan Israel masih akan menjadi sahabat karib Mesir. pergolakan di Mesir sangat berbeda dengan Tunisia yang baru saja berlangsung, dimana semua struktur dan kebijakan pemerintah dirombak total. Menurut penulis, inilah yang layak disebut revolusi. Sedangkan di Mesir hanyalah reformasi, seperti yang terjadi di Indonesia 1998 silam. Tidak ada perubahan kebijakan, kiblat akan tetap mengarah ke Washington DC.


Mirip Indonesia
Mei Tahun 1998 adalah puncak kekecewaan rakyat Indonesia terhadap rezim berkuasa, Soeharto. Desakan demonstran yang bergelombang memaksa rezim Orde baru tersebut menyerahkan tahtanya. BJ Habibie, wakil presiden saat itu, menggantikan posisi Soeharto. Peristiwa ini lazim dikenal reformasi 1998. Rakyat berharap akan ada perubahan besar-besaran dalam segala aspek kehidupan, sebagaimana cita-cita reformasi. Waktu berjalan, reformasi sangat lamban bahkan cenderung stagnan. Mengapa? Aktor-aktor Orde Baru ternyata muncul kembali mengisi pemerintahan. Demokrasi yang diusung terlalu lama menghabiskan waktunya diperdebatan prosedural dan belum menyentuh secara substansial. Rakyat pun menjadi korban. Kemiskinan dimana-mana, korupsi, mafia hukum, dan sebagainya.

Mesir mengingatkan kita pada kejadian di atas, sangat mirip. Analisa penulis, tidak akan ada perubahan berarti. Kebijakan politik dalam dan luar negeri tetap sama, ekonomi pun demikian. Kebijakan Mubarak tentang Palestina tidak akan diubah. Gedung Putih tetap sebagai majikan. Seperti saya sebutkan di atas, Israel tetap menjadi sahabat baik Mesir. Inilah skenario Amerika, skenario yang akan dipertahankan matia-matian karena akan berdampak langsung pada pengaruh Amerika di Timur Tengah dimana Mesir menjadi salah satu penyokong Amerika selama ini.

pertanyaan saya di atas, Pergolakan Mesir; revolusikah?
saya pastikan, bukan! Hanya reformasi


Wallahu a'lam...

Tidak ada komentar: