17 September 2011

Membangun Dakwah yang Mencerahkan

Kemarin saya pergi shalat jumat. Rutinitas yang saya  dan umat muslim lainnya lakukan. Saya shalat di mesjid dekat kampus. Awalnya saya mau shalat di mesjid dalam area kampus saja. Berhubung kampus, juga kota Makassar, lagi krisis air, maka saya memutuskan untuk keluar kampus dan mencari mesjid untuk shalat jumat. Jangan tanya, ngapain menulis tentang shalat jumat? Toh, menulis atau tidak saya tetap shalat jumat. Tapi kawan, saya tidak akan menulis bagaimana saya menjalankan shalat jumat. Apa pentingnya juga. Tidak ada!

Ada hal menarik ketika khatib menyampaikan ceramahnya. Saya mengamati hal ini sudah sekian lama. Sepertinya bukan hanya khutbah, tapi juga ceramah keagamaan lainnya. Boleh dibilang, ini sudah menjadi budaya ceramah di Indonesia. Entahlah bagaimana metode ceramah di negara lain. Soalnya, sekali pun saya belum pernah menginjakkan kaki di negara selain Indonesia.

Hal menarik yang saya maksud adalah ceramah berisi ancaman dan ancaman. Mungkin anda sebagai orang Indonesia sudah maklum karena memang begitulah adanya. Saya tidak bermaksud mengkritik apalagi menyalahkan ulama Indonesia. Hanya saja, menurut hemat penulis, metode ini harus kita tinjau ulang demi mengukuhkan Islam sebagai agama damai, bukannya agama ancaman. Saya khawatir jika ini terus berlangsung malah akan berakibta fatal, bahwa kita beragama karena rasa takut semata. Oh iya, ancaman yang saya maksud berupa pengkafiran, ancaman siksaan api neraka, serta berbagai ancaman lainnya.

Saya pikir, para ulama kita perlu mencoba pendekatan baru dalam dakwah, yaitu dakwah yang santun, mengajarkan etika agama yang aplikatif, serta nilai positif kehidupan. Ancaman perlu dalam proporsi yang tepat. Tidak bisa dipungkiri, salah sau yang melanggengkan agama adalah karena adanya rasa takut.

Hal yang saya perhatikan adalah sikap pesimistis banyak mubaligh. Saya tidak pernah sepakat, dunia hanya sekedar tempat menghabiskan waktu. Saya menilainya tidak sesederhana itu. Setiap detak kehidupan menyimpan ribuan makna. Ada banyak hal yang mesti kita lakukan di "tempat persinggahan" ini. Pesimis melihat kehidupan dunia akan menjerumuskan kita pada kemalasan. Diduga keras, salah satu kemunduran umat muslim akibat pesimis menjalani hidup. Mereka terlalu banyak terpaku pada kehidupan akhirat dan hanya menyimpan sedikit kepedulian pada kehidupan duniawi.

Bagaimana pun, metode dakwah yang tepat, sedikit banyak akan mempengaruhi mental umat. Makanya, perlu dilakukan metode tepat supaya dakwah, selain tidak monoton juga membangkitkan semangat serta mental umat. Saya juga percaya, tidak ada pemisahan antara kehidupan akhirat dan kehidupan duniawi. Keduanya jika dilakukan dengan mengharap ridha Allah, niscaya akan dicatat sebagai pahala. Jadi kenapa tidak, opsi ceramah yang berisi nilai-nilai tentang kehidupan diterapkan.

Sekali lagi, tidak ada sedikit pun maksud memojokkan para ulama kita. Tentunya harapan kita semua sama, yaitu memancangkan panji-panji Islam ditengah-tengah masyarakat. Kita juga berharap, ceramah agama lebih mencerahkan lagi ke depannya.

Wallahu a'lam bishawab

Tidak ada komentar: