19 September 2011

Still Enjoying My Life

Saya perhatikan di beberapa postingan terakhir, kok makin ngelantur isi blog ini. Saya tidak tahu persis apa penyebabnya. Emang sih akhir-akhir ini saya stres berat. Bagaimana tidak, urusan ini, soal itu, kebanyakan tertimbun dalam satu kata: MASALAH. Benar-benar tidak ada yang beres. Sampai-sampai berat badan saya turun karenanya. Belum lagi masalah blog ini, seperti yang saya ceritakan kemarin. Untungnya tidak ada Baygon cair dekat sini, kalau ada, pasti saya sudah tenggak sedari tadi.

Sehabis puasa kemarin saya ketemu mantan cewek (yah, dia jadi homo sekarang). Bukan, maksud saya mantan pacar. 3 hari setelah lebaran, saya berkunjung ke rumahnya. Mencoba membangun silaturahmi kembali yang pernah terputus. Niatnya sih cuma mau berkunjung sampai saya memikirkan niat yang lain. Kenpa? Ternyata dia tambah manis dan sayang untuk dilewatkan (emangnya dia acara TV). Ampun deh, saya meleleh seketika. Untungnya saya bawa banyak rokok, setidaknya bisa mempertahankan "kelelakian" saya. Akhirnya saya memutuskan untuk mengubah haluan. Minta balikan. Pilihan yang paling saya benci. Tapi apa boleh buat, iman saya terlalu lemah untuk menahan diri.

Setelahnya, kami terus berkomunikasi. Saya pikir ini kesempatan yang sangat baik. Lagi pula, saya punya firasat yang baik dalam urusan yang satu ini. Akhirnya, niat balikan saya utarakan. Oh no, dia minta diberi waktu untuk berpikir. Perasaan saya terluntah jadinya, tidak tahu mau ditaruh dimana. Tapi sudahlah, masalah dia mau jawab apa, terserah dia. Toh, kewajiban sebagai laki-laki (Indonesia) sudah saya utarakan.

Saya masih di sini, dan ingin terus melanjutkan..
Kalau ada yang mengira saya stres karena "digantung" (yah, saya sudah dikubur 2 hari lalu). Tidak! Urusan seperti itu tidak pernah saya pusingkan. Masih ada yang lebih parah. Begini ceritanya, ketika itu saya jalan keluar sama cewek (pacar). Setelah keliling sana-sini sampai uang saya ludes, kami pulang. Tiba di depan rumahnya, dia minta saya turun dari motor. Saya turuti permintaannya dan bertanya "kenapaki? Dia diam saja. Setelah merenung tidak jelas selama beberapa menit, dia bicara juga akhirnya. Entah, setan apa yang merasukinya, dia langsung bilang, "kita putus". Belum sempat saya bertanya alasannya, dia sudah kabur menelinap lewat pagar rumahnya. Saya bengong tidak tahu harus gimana. 

Motor saya melaju kencang setidaknya sampai di Taman Makam Pahlawan(TMP). Tepat di depan SPBU, beberapa meter jaraknya dari TMP, mesin motor saya matol alias mati total. Setelah mengecek, mampus...! Bensinnya habis. Yang benar saja, sudah jam satu pagi bung, tidak ada lagi penjual bensin yang buka. Padahal jarak rumah masih beberapa kilometer lagi.

Penderitaan saya tidak sampai disitu. Bencong yang tiap malam mangkal dekat TMP semakin mendekat. Mungkin mereka pikir saya adalah lelaki hidung belang pelanggan Nusantara (lokalisasi PSK). Karena tidak punya banyak uang, makanya singgah untuk melampiaskan libido di samping batu nisan dengan bencong. Benar saja, salah satu dari mereka  menawarkan diri, "20 ribu aja mas". Padahal ketika itu saya mau berteriak, "hey, kita ini satu spesies, jadi jangan ganggu eikke". Karena takut dikeroyok, apalagi otot mereka luar biasa besar dan sangat kekar, maka saya memutuskan untuk kabur secepatnya.

Sampai di kostan, keringat saya bercucuran ditambah perut keroncongan. Belum lagi napas yang tersengal, tidak teratur. Malam yang menyedihkan. Bayangkan, saya menghabiskan uang jajan selama sepekan hanya dalam satu malam, diputuskan, dikejar bencong pula. Tapi karena kecapean, saya akhirnya tertidur pulas. Esoknya saya puasa sampai seminggu berikutnya.

Saya tidak menyesal karena diputusin, masih banyak kok cewek jomblo yang berkeliaran di sana sini. Saya hanya menyesali betapa tololnya saya karena mau menghabiskan uang demi cewek tidak tahu diri. Sampai disini saya berpikir, kenapa aib ini saya tuliskan di blog.

Sudah saya katakan, saya pantang stres hanya karena urusan cewek. Tidak! Saya stres kalau tidak punya uang. Usus saya sudah protes, unjuk rasa dan sebagainya gara-gara disuapi indomie selama 3 hari. Itu pun cuma 2 kali sehari. Pesan saya: kalau saya meninggal karena kelaparan atau usus buntu karena indomie, tolong sampaikan ke indofood dan masukkan dalam CERITA INDOMIE. 

Se-tragis apapun nasib saya, tetap tidak ada alasan untuk mengakhirinya. Seribu alasan masih ada kenapa saya harus tetap melanjutkan hidup. Saya yakin, banyak orang yang mencintai saya. Sama halnya dengan saya yang juga mencintai banyak hal dalm hidup ini, mulai dari pekerjaan, teman, keluarga, sampai cewek tetangga kostan. Saya masih enjoy. Makan nggak makan yang penting happy, hehe...

Saya hanya mau menjejalkan kata lagi, lagi, dan lagi...:D


Tidak ada komentar: