10 November 2011

Ribut-ribut Tentang Komodo

Polemik seputar vote Pulau Komodo sebagai salah satu finalis 7 keajaiban dunia terus berlanjut. Ribet dan membingungkan. Banyak pihak menyalahkan satu sama lain. Tidak diketahui siapa yang benar atau salah.

Cerita berawal sebulan yang lalu. Ketika Jusuf Kalla (JK) ditunjuk menjadi duta Pulau Komodo untuk mempromosikan pulau tersebut menjadi 7 keajaiban dunia kategori alam. Untuk menang, Pulau Komodo mesti bersaing dengan 27 finalis lain dari seluruh penjuru dunia. Penentuan pemenang ditentukan berdasarkan jumlah dukungan. Bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu, vote langsung di situs resmi new7wonders.com, melalui telepon, atau SMS.

Tidak berselang lama, dukungan mengalir deras dari berbagai pihak. Terutama Operator Seluler yang rela memangkas tarif layanan premiumnya menjadi Rp.1/SMS. Cukup dengan mengetik KOMODO lalu kirim ke 9818. tidak kurang dari jutaan SMS dukungan masuk setiap harinya.

Di tengah euforia dukungan terhadap Pulau Komodo, muncullah berita yang menghebohkan. Djoko Susilo, Duta Besar RI untuk Swiss, meragukan kredibilitas N7W sebagai penyelenggara pemilihan. Mulai dari kantor fiktif N7W sampai statusnya yang tidak berada di bawah naungan UNESCO. Sontak, hal tersebut menjadi pemberitaan di berbagai media dan menjadi polemik hingga sekarang.

Pemerintah yang diharapkan menyelesaikan masalah tersebut malah lepas tangan dan tidak mau bertanggungjawab. Ada apa? Terlepas dari pandangan sebjektif, beberapa analisis saya bisa jadi pertimbangan:
  1. Djoko Susilo tidak pernah konfirmasi langsung pihak N7W, jadi tudingannya belum sepenuhnya benar dan tidak boleh dipercaya begiru saja. Djoko Susilo hanya memantau kantor N7W tanpa mengecek langsung kemudian langsung menympulkan bahwa N7W fiktif.
  2. SMS voting ke 9818 yang curigai sebagai bentuk penipuan, saya pikir telalu berlebihan. Nilai Rp.1,- adalah biaya untuk operator seluler. Panitia lokal (Ibu Emmy Hafid dkk) sama sekali tidak mengambil keuntungan dari sana. Oh ya, kalau anda pengguna telkomsel silahkan cek di *116#, ternyata 9818 tidak terdaftar sebagai konten premium, jadi tidak usah khawatir pulsa terpotong.
  3. Tahun 2007 Pemerintah, dalam hal ini Kemenbudpar, gagal meloloskan Borobudur menjadi salah satu 7 keajaiban dunia akibat tarif untuk memberi dukungan saat itu sangat mahal, yaitu Rp.1000,-. Kejadian sama berulang di tahun 2010 dan promosi Pulau Komodo oleh pemerintah gagal total. Belakangan isu setoran fee dijadikan alasan.
  4. Anggaplah SMS yang masuk senilai 100 juta rupiah. Uang tersebut tidak sebanding dengan nilai proyek promosi Pulau Komodo oleh pemerintah. Jadi ada alasan untuk mengurangi proyek promosi. Bukankah semakin banyak proyek, korupsi juga semakin tinggi.
  5. Atau jangan-jangan polemik Pulau Komodo merembes ke isu politik. Alurnya begini: Sekiranya Pulau Komodo berhasil menjadi salah satu keajaiban dunia, otomatis nama JK akan melambung dan ditakutkan mempengaruhi konstalasi 2014. Sudahlah, itu hanya pikiran kotor saya saja...
ingat...!
"Puluhan juta tahun Komodo hidup, mereka tidak pernah meributkan dirinya sendiri, jadi ngapain kita mesti ribut-ribut tentang Komodo" 

Tidak ada komentar: