15 Mei 2016

Membaca Murakami

Tidak banyak penulis yang aku baca karyanya. Hanya bisa dihitung jari. Aku tidak suka mengakrabkan diri dengan banyak penulis. Terlebih aku tidak punya banyak waktu untuk membaca banyak buku. Apologi.

Penulis hebat akan menghasilkan karya yang berkualitas, sampai terbukti sebaliknya. Keyakinan itu yang saya pegang sampai detik ini. Aku membaca Pramoedya Ananta Toer setelah membeli tetralogi Bumi Manusia. Setelahnya aku memburu karya Pram yang lain, hampir semua. Aku terlanjur terpikat pada cara beliau bertutur. Aku membaca hampir semua karya Dewi Lestari sampai akhirnya kecewa dengan seri terakhir Supernova, Intelegensi Embun Pagi. Mungkin aku tidak akan membeli bukunya lagi. Aku juga memburu semua karya Eka Kurniawan. Penulis yang tidak dapat kau tebak isi kepalanya. Penulis cabul nan cerdas. Haha

Lalu kemudian aku berkenalan dengan Haruki Murakami. Penulis Jepang yang bukunya sangat rumit. Jujur, karena rumitnya, aku tertarik dengan bukunya yang telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, seperti Norwegian Wood, IQ84, dan Dunia Kafka. 

Rumit, detail, dan sedikit cabul. Itulah kesan pertama membaca Murakami. Tapi aku menyukai deskripsi sex yang ikut mewarnai buku-bukunya. Aku membayangkan artis JAV zaman kuliah dulu setiap kali dia menggambarkan detail sex. Aneh.

Sebagai catatan, aku hanya membaca 3 karya Murakami. Mungkin dia punya karya hebat lain yang plot dan cara bertuturnya beda. Tapi izinkan aku berkesimpulan: Tokoh utama dalam cerita Murakami adalah kutu buku, pendiam, penyendiri, cerdas dan pendengar yang baik. Dua sifat terakhir perlu digaris bawahi.

Cerdas dan pendengar yang baik adalah bakat. Tentu saja perlu dilatih. Saya yakin, Murakami sengaja mengangkat tokohnya sebagai pencinta buku untuk menegaskan sifat-sifat di atas. Kalau anda membaca tiga buku Murakami tersebut, kesan itu akan anda temui. Perhatikan katakter Tengo dalam IQ84, Watanabe pada Norwegian Wood, atau Kafka dalam Dunia Kafka. Ada kemiripan. Walaupun aku berpikir itu wajar karena ditulis oleh orang yang sama.

Tapi betul apa yang diceritakan oleh Murakami, dalam dunia nyata penggila buku adalah pediam (umumnya), cerdas, pendengar yang baik, dan teman cerita yang menghanyutkan. 

Anda bisa menghabiskan banyak waktu dengan penggila buku tanpa merasa bosan. Selalu ada kejutan di balik batok kepalanya dan tentu saja dia akan memberi pendapat jika anda memintanya.

Tidak ada komentar: