11 Mei 2011

Pengantar; Perbuatan Baik Non-muslim

Saya sangat tertarik dengan pembahasan Murtadha muthahhari tentang perbuatan baik non-muslim pada bagian akhir karyanya, Keadilan Ilahi. Beliau memaparkan berbagai aspek keberatan yang sering muncul terkait dengan topik tersebut di atas. Tentunya topik ini berkaitan erat dengan tema keadilan ilahi, dimana muncul pertanyaan yang mendasar, apakah perbauatan baik non-muslim diterima Allah Swt. atau tidak?

Dalam tulisan ini, saya akan mencoba mengulas topik di atas secara singkat. Sebisa mungkin pembahasannya menjadi lebih ringan sehingga mudah dimengerti oleh orang awam, termasuk saya sendiri. Karena ulasan beliau (Murtadha Muthahhari,red) sangat panjang dan luas, maka tulisan ini akan saya bagi menjadi beberapa rangkaian menjadi topik-topik yang lebih sempit supaya mudah dicerna. Kemungkinan ulasan saya akan didapati banyak kekurangan. Jadi, anda yang ingin pembahasan yang lebih jelas dan lengkap, disarankan untuk memiliki buku Keadilan Ilahi karya Murtadha Muthahhari (banyak tersedia di toko buku rausyanfikr).

Untuk memulai diskusi, ada pertanyaan menarik yang pernah dilontarkan seorang pemuda: apakah para penemu dan pencipta besar-non muslim- akan masuk neraka? jika iya, Rene Descartes,Thomas Alva Edison, Louis Pasteur, Isaac Newton, Albert Einsten, dan sederet penemu/pencipta lainnya akan terpanggang di api neraka walaupun jasa mereka tidak diragukan lagi bagi kemajuan peradaban manusia.

Pertanyaan lain yang menarik dan mengundang banyak perebatan, Bunda Theresa yang merawat penderita lepra (kusta) di India-tanpa melihat dari niatnya- dengan penuh kasih sayang. Dimana saat itu sangat sulit untuk mencari orang yang mau merawat penderita kusta, tapi Bunda Theresa datang memikul tanggungjawab untuk merawat orang-orang yang diasinkan, bahkan oleh ayah dan ibunya sendiri.

Perlu saya tekankan, pertama: kita tidak akan memastikan apakah seseorang masuk surga atau tidak karena yang Mahatahu tempat kembalinya seseorang adalah Allah swt. Kedua: kita tidak bisa mengetahui secara pasti beberapa hal: hakikat pemikiran dan keyakinan mereka (non muslim,red)? Nat-niat sejatinya? Watak spiritual mereka? Bagaimana kehidupan mereka yang sebenarnya? Selain pengabdian dan jasa-jasa mereka, kita tidak tahu banyak tentang dirinya.

Pernah suatu hari, seorang alim- sahabat baik Rasulullah- meninggal dunia. Istri si alim tiba-tiba berkata,"Selamat, engkau telah mendapatkan surga!"  Rasulullah terperanjat dan menegur wanita tersebut, "dari mana engkau tahu? Mengapa engkau menetapkan sesuatu tanpa ilmu? Apakah engkau telah diberi wahyu? Apakah engkau tahu secara pasti perhitungan Allah?" Wanita tersebut menjawab,"Wahai rasul, bukankah dia adalah sahabat tuan, selalu bersama tuan, dan berperang bersama tuan?" Rasulullah menjawab dengan dengan kalimat yang menakjubkan dan patut kita renungkan, "sesungguhnya aku rasulullah, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku." Ungkapan tersebut juga berkaitan dengan ayat:
Katakanlah: "aku bukan Rasul yang pertama di antara Rasul, dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku..."(Q.S. Al-Ahqaf: 9)

Dari uraian di atas, hikmah yang bisa ditarik adalah: hanya Allah Swt. yang tahu tempat kembalinya seseorang, bahkan non muslim sekalipun. Sungguh mengherankan jika ada orang muslim yang menyebut non muslim pasti ditempatkan di neraka kelak. Menentukan kedudukan sesorang bukanlah urusan kita, dan semuanya harus dikembalikan kepada Allah Swt. sebab, pengetahuan sebenarnya semata-mata hanya milik Allah.

Selanjutnya kita akan memastikan bahwa agama yang diterima hanya satu. Jelas bahwa setiap zaman hanya akan diterima satu agama dan seluruh manusia harus mengikuti agama tersebut. Dalam konteks Islam sebagai agama terakhir, maka agama yang diterima hanyalah Islam saja. Persoalan ini tidak akan kita diskusikan lagi, namun diskusi kita akan berkutat pada persoalan seseorang yang berperilaku sesuai dengan tuntunan agama yang benar sedangkan dia tidak mengikuti agama tersebut (Islam,red)

Sebagai pengantar diskusi kita, saya cukupkan sampai di sini. Di pembahasan selanjutnya saya akan mengulas tentang Apakah diterima suatu amal saleh tanpa iman. Teman-teman yang ingin berbagi ilmu, silahkan berkomentar.

*) Artikel ini saya kutip dengan beberapa perbaikan dari Buku Keadilan Ilahi karya Murtadha Muthahhari.


3 komentar:

Anonim mengatakan...

Tanpa iman berbuat baik rugi tuan, Sama saja kalo kasih makan pencuri yg kelaparan... mengerti tidak? kalo tidak ya sudah, tidak penting.

Kasim Muhammad mengatakan...

anonim: bagaimana dengan orang yang berbuat baik lantas tidak beriman karena ketidaktahuannya terhadap ajaran islam sama sekali, Bukan karena pembangkangannya terhadap islam. Apakah amalnya tidak diterima?

Ini hanya pengantar untuk artikel selanjtnya. Terima kasih...:D

Info Seputar Wanita mengatakan...

wih...bagus postingnya...ditunggu kelanjutannya gan.