15 September 2011

Hanya Sekali, Cukup Sekali!

Lama juga saya tidak memposting langsung di blogger. Beberapa bulan terakhir, tulisan (catatan pendek) yang saya publikasikan bersal dari notepad yang ada di notebook. Bahkan, saya sampi bingung bagaimana cara menulis di blogger dengan tampilannya barunya (katro yah).

Beberapa pekan terakkhir, saya menjumpai banyak sketsa kehidupan. Semakin membuat saya sadar bahwa hidup tidak sesederhana yang kita bayangkan. Lebih jauh, banyak makna, noumena tesirat yang patut kita renungi. Awalnya memang terlihat biasa saja, akan tetapi setelah diselami, ternyata luar biasa. Entah bagaimana mengungkapkannya lewat deretan kata. Sampai disini saya biasa bingung sendiri (hehe...).

5 Tahun lalu, saya menginjakkan kaki di Fakultas Farmasi UNHAS. Sampai sekarang masih berstatus mahasiswa. Semester 11 sedang berjalan. Yah, saya bangga dengan semester 11! Setiap kali bertemu teman lama, pertanyaannya selalu sama: kapan sarjana? Walaupun jengkel, saya menjawab seadanya, "bentar lagi, nih lagi nyusun skripsi". Jawaban paling sederhana dan tidak membutuhkan pertanyaan lanjutan. kalaupun ditanya lagi, paling cengar-cengir lalu melengos pergi.

Selain jawaban di atas, saya masih punya ribuan jawaban lain. Budaya pergaulan bangsa kita, telat sarjana adalah sebuah kelainan, tidak biasa, aneh. Makanya, saya harus punya banyak alasan bagus supaya semuanya bisa logis. Tuntutan hidup supaya saya masih dianggap "normal".  Sengaja saya pelajari baik-baik bagaimana menemukan jawaban yang tepat. Hasilnya, perbedaharaan jawaban atas pertanyaan tersebut meningkat pesat beberapa bulan terakhir.

Setelah merenung selama beberapa tahun (wah, lama juga yah), saya menemukan kesimpulan berdasarkan observasi langsung, bahwa kita harus mencintai bidang ilmu yang digeluti untuk meraih titel sarjana. Sayangnya, saya tidak gampang jatuh cinta. Bukan, bukan saya mencari-cari alasan, tapi inilah kenyataannya. IPK saya lumayan bagus, tentunya alasan "bodoh" tidak bisa digunakan dalam hal ini. Walaupun ada beberaa variabel lain yang berpengaruh, tetapi saya pikir alasan diatas yang paling menonjol.

Mengerjakan sesuatu yang tidak anda sukai jauh lebih berat, walaupun sebenarnya perkerjaan tersebut ringan. Bukan karena kita tidak bisa, tetapi dorongan semangat sangat penting untuk membangkitkan energi. Nah, semangat inilah yang muncul dari rasa suka maupun senang terhadap sesuatu.Sama halnya ketika saya menjalani rutinitas akademik, saya merasa ada sesuatu yang hilang, ada yang tidak sesuai idealitas. Saya tidak tahu bentuknya, yang jelas ada. "Saya mau mencari sesuau yang lain", kata-kata tersebut sepertinya lebih tepat. lagi-lagi ini bukan alasan yang dibuat-buat, tapi inilah kenyataannya.

Sampailah saya di tahun ke-5 dan saya masih belum mencintai farmasi. Akan tetapi saya sadar pada sebuah kenyataan, "saya berada di farmasi dan tidak ada kemungkinan lain yang lebih baik dari ini". Tidak ada gunanya mengeluh, lebih baik belajar mencintai farmasi ketimbang menyalahkannya. Saya bukan pasrah, tidak. Seperti yang saya katakan sebelumnya, hidup tidak sesederhana yang kita bayangkan. Ada banyak kemungkinan, rahasia, serta makna yang bisa saja di kemudian hari baru kita sadari.

Lagi pula tidak mungkin saya memutar waktu. Pekerjaan yang bahkan tuhan tidak mampu melakukannya. Saya pikir, membuat lebih banyak kemungkinan adalah jalan terbaik saat ini. Untuk mewujudkan hal tersebut, saya butuh sesuatu: SARJANA.

Saya percaya bahwa jejak kehidupan hanya berlalu sekali. Hari ini tetap saja berbeda dengan kemarin, besok, tahun lalu. Tidak ada yang sama. Fase hidup sekarang ini, akan saya jalani sekali saja. 10 tahun ke depan (mudah-mudahan saya masih hidup), saya akan bercerita kisah lain. Tidak ada niat lain kecuali mengabadikan apa yang saya rasakan dan alami sekarang. Hanya itu.

*Farmasi Unhas, 15 Sepetember 2011, 11.41am

Tidak ada komentar: