25 Oktober 2011

Jadi Pembunuh

Sudah sembilan hari berlalu sejak pertama kali diberikan ekstrak. Kemarin adalah hari terakhir. Artinya, hari ini saya sudah harus mengambil darah mencit-mencitku untuk diuji. Sebanyak 2 ekor dari 25 ekor yang gugur di tengah perjalanan sebelum diambil darahnya. Tidak apa-apa. Toh, mereka gugur dengan alasan terhormat, yaitu demi sebuah penelitian.

Menilik kembali perjalanan mencit saya saat pemberian ekstrak selama 9 hari. Perjuangan yang tidak mudah. Berapa kali saya harus bersabar agar ekstrak bisa dengan sempurna masuk ke dalam tubuh mencit. Sebab salah sedikit, ekstrak bisa dimuntahkan kembali. Nah, kalau sudah begitu maka pemberian harus diulang kembali. Dan yang paling kasian adalah mencit.

Saya jengkel. Persediaan pelet (makanan mencit) tiba-tiba habis. Padahal saya masih ingat betul, sehari sebelumnya masih banyak. Pikiran saya jadi kemana-mana. "Wah, sepertinya ada perampok pelet nih". Siapa pun pelakunya, sadarlah! Sungguh, perampok pelet adalah pekerjaan yang tidak keren. Walhasil, saya mengemis meminta pelet kepada sesama peneliti agar perut mencit-mencit saya bisa terisi kembali.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, saatnya hari ini mengambil darah mencit untuk diuji. Hari yang sangat menentukan hasil penelitian. Kalau tidak tepat, akibatnya bisa fatal. Tidak jarang penelitian diulang dari nol kalau gagal memperoleh darah mencit. Cukup sekali saja, saya tidak ingin mengulangi penelitian.

Mengambil darah mencit gampang-gampang susah. Dibutuhkan konsentrasi serta sikap tenang. Terlebih jika darah diambil lewat jantung. Diperlukan ketelitian tinggi dalam mendeteksi denyut jantung mencit. Iya, mengambil darah dengan volume 0,4-1 mL, tidak ada cara lain kecuali melalui jantung.

Usai pengambilan darah, sebagian besar mencit akan tewas seketika. Kalaupun hidup, nasibnya tidak lebih baik. Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya jantung disuntik, isinya disedot kemudian ditampung dalam tabung. Bagi manusia, volume 1 ml tidak ada pengaruhnya jika diambil, tapi untuk mencit itu sangat berharga. Buktinya, mencit langsung meregang nyawa jika volume darah yang diambil berkisar 0,6-1 mL.

Semoga prosesi pengambilan darah berjalan lancar. Tewas atau tidak bukan urusan saya, yang penting darahnya berhasil diambil. Maaf kawan, mencit, kali ini saya sedikit egois. Bagaimana pun keberhasilan penelitian adalah harga mati. 

Setelah ini, status saya akan berubah yaitu menjadi seorang pembunuh. Agak menyeramkan, tapi setelah bercermin, sepertinya saya memang ada potongan pembunuh. Yah, walaupun masih sebagai pembunuh mencit.

Tidak ada komentar: