18 Januari 2013

...suatu ketika

Berjalan di panggung utama di iringi tepukan tangan. Suara penonton seketika riuh lalu meninggi. Pantas saja, pahlawan telah datang rupanya

Lalu, dari merumunan muncul bisikan. "Kenapa bukan kita yang jado pahlawan?" Seorang penonton berbisik kepada teman di sebelahnya. Sang kawan menoleh, berbalik menatap dengan raut muka mengiyakan.

Menjadi penonton adalah pilihan menjadi biasa, seperti kebanyakan, tidak menarik sama sekali. Sebab semua orang bisa mengambil peran sebagai penonton. Toh, semua orang bisa tepuk tangan tanpa harus diajari.

Lantas, ,mestikah kita menjadi pahlawan-sekedar untuk tidak disebut penonton-? Lalu, siapa kelak penontonnya? Siapa yang jadi penonton? Siapa?

Aku. Kembali merenung, berpikir lama. Biarkan dia saja yang jadi pahlawan. Kita cukup bertepuk tangan dengan benar dan baik. That's so...

Tidak ada komentar: