31 Desember 2014

Suatu Waktu Di Jalan Pulang

Traffic light bergeser ke hijau. Aku menarik handling kopling, memutar gas secara perlahan, motorku melaju pelan melewati antrian kendaraan di ujung zebra cross. Di seberang jalan, di atas trotoar, seorang ibu menepuk pelan paha anak kecil. Mungkin anaknya yang sedang dia tidurkan. Mungkin juga bukan, tapi siapa yang tega anaknya dititipkan kepada ibu yang hidupnya seberat itu. Dia sama sekali tak peduli deru kendaraan lalu lalang di hadapannya. Bukan lantunan musik atau nyanyian teduh, melainkan bunyi knalpot beradu yang mengantar tidur si anak. Sejenak, wajah anak tersebut begitu teduh.

Si ibu tampak kusut. Rambutnya terurai tak tertata. Di hadapannya terhampar mainan yang warnanya sama sekali tak menarik. Sepertinya untuk dijual. Aku melewatinya pelan, melirik tapi tak berhenti. Dalam perjalanan, motor yang biasanya kupacu dengan kecepatan tinggi sengaja aku undur ke 30 km/jam. Pemandangan barusan menghantuiku.

Di atas motor, aku menitikan air mata. Mungkin terharu dengan adegan yang baru saja kulewati. Betapa hidup tak gampang bagi sebagian orang. Berapa banyak ibu yang mesti mengais rejeki di trotoar sambil menidurkan anaknya. Aku terharu betapa beruntungnya aku yang disekolahkan sampai bisa hidup berkecukupan. Ibuku tak kenal ingar bingar hidup. Dia tak membutuhkannya. Yang beliau inginkan, anaknya bisa sekolah, bekerja, lalu hidup mapan. Ah...terlalu berat untuk dilanjutkan.


Tidak ada komentar: