19 Oktober 2011

Bapak Presiden, Dengarkan Kegalauanku...

Lama tidak menulis artikel tentang politik. Bukan karena tidak bisa.
Kapan saja bisa, sebenarnya.
Hanya saya muak setiap melihat celoteh politisi.
Tiap hari mereka bercuap-cuap, kayak bencong di media.
di TV, koran, situs internet, dimana pun. Sumpah, mereka kayak bencong.

Dua pekan terakhir, Indonesia dihebohkan dengan isu reshufle KIB Jilid II.
Apa sih?
Reshufle yah reshufle aja.
Tidak penting jika mesti digembor-gemborkan sana-sini.
Pertanyaan saya: Jika tidak diberitakan di media, apakah reshufle bakalan batal?
Tidak kan...

Terus juga,
Di tengah menghangatnya isu nasional seperti pemogokan karyawan freeport,
kasus Nazaruddin.
Kok, tiba-tiba reshufle.
Atau, jangan-jangan ini settingan pemerintah saja.
Isu nasional "menyudutkan" pemerintah, maka lahirlah isu baru.
Jadi, seolah reshufle hanyalah meriam untuk meredam isu-isu di atas.

Mengapa tidak diselesaikan saja masalah di freport.
atau,
jangan-jangan pemerintah takut kalau boroknya  terkuak di publik.
Semua orang sudah tahu, pak!
Kepentingan freeport di atas segalanya, rakyat Papua ngantri belakangan, iya kan.
Jadi wajar kalau rakyat Papua kelaparan, pemerintah ongkang-ongkang kaki di Jakarta.
Giliran masalah freeport, langsung diterbangkan ratusan brimob ke Timika.
Malah, kalau begitu terus.
Saya akan berdoa semoga rakyat Papua bisa merdeka. Why not?

Belum lagi, kasus Nazaruddin yang kian tidak jelas juntrungannya.
Sedari dulu saya bilang, "sudahlah, jangan berharap apa-apa dari Nazaruddin"
Sejauh ini terbukti, dan saya yakin akan terbukti.
Argghhh, lama-lama saya gila di sini...

Sudahlah,...

Tidak ada komentar: